Selasa, 07 Februari 2012

SEDEKAH YANG DISESALI

Oleh UST. Yusuf Mansur (PR : 2 Ramadan 1432 H / 2 Agustus 2011)
Diriwayatkan, seorang shahababiyah (kalangan sahabat Nabi dari perempuan) baru saja kehilangan suaminya. Setelah upacara pemakaman, masih dengan suasana hati yang diliputi dukacita ia mendekat ke sisi Nabi saw. Dan bertanya dengan setengah berbisik.
Ya Rasulullah, di detik-detik menjelang kepergian suamiku, dalam sekaratnya ia memberikan isyarat supaya aky mendekat. Akupun mendekatkan diri kepadanya untuk mendengarkan apa yang akan dikatakannya.
Akan tetapi, yang aku dengar adalah ucapan-ucapan yang sama sekali tidak aku mengerti. Ia berkata, “Ah seandainya yang baru, ah seandainya semuanya, dan ah seandainya masih jauh”.
Apakah ucapan suami saya itu semacam wasiat ya Rasulullah? Akan tetapi, aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dia maksudkan.
Rasulullah terdiam sejenak sembari tersenyum  beliau bersabda, “Pernah suatu hari, suamimu berbelanja ke pasar. Ia membeli sebuah mantel baru. Dalam perjalanan pulang ke rumah, ia melihat seseorang yang duduk terpojok di sudut jalan. Ia meringkuk tampak sangat kedinginan. Suamimu menjadi iba dan kemudian memberikan mantelnya yang lama.
Dalam sekaratnya, ia diperlihatkan oleh Allah swt. Balasan pahala dari amalannya itu. Ketika melihat penampakan balasan dari Allah, sekonyong-konyong timbul rasa sesal dalam dirinya. Mengapa ia tidak memberikan saja mantelnya yang baru, tentu balasan dari Allah akan lebih besar. Ia pun berkata, ah, seandainya yang baru!
Nabi saw. Melanjutkan, “Pernah suatu hari lagi, suamimu kembali dari pasar. Rezeki yang ia dapatkan hari itu ia belikan sepotong roti. Ia berencana membawakannya untukmu dan keluarga. Namun, dalam perjalanan, ia melihatseseorang yang terbaring lemah karena lapar. Ia pun menjadi iba dan memberikan sebagian roti kepada seseorang yang berbaring itu. Sebagiannya lagi ia bawa pulang.
Dalam sekaratnya, ia diperlihatkan oleh Allah balasan dari amalannya itu. Ia pun kembali menyesal, andaikan saja ia memberikan semuanya, pasti balasan Allah lebih besar lagi. Ia pun berkata, “Ah seandainya semuanya.”
Selanjutnya, “Dihari yang lain, suamimu dalam perjalanan menuju masjid, dengan arah yang sama ditemuinya seorang tua yang tampak kepayahan dan tertatih-tatih melangkahkan kakinya. Suamimu pun menawarkan diri untuk membantu dan digendongnya orang tua yang lemah itu menuju masjid. Ketika diperlihatkan oleh Allah balasan dari amalan perbuatannya itu, ia kembali menyesal dan berharap seandainya masjid itu lebih jauh, ia akan mendapat pahala yang lebih banyak. Dalam penyesalannya itu ia berkata, “Ah, seandainya masih jauh.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar